Sejarah Walisongo (Pandangan Kritis)

Sejarah Walisongo (Pandangan Kritis)

            Secara ringkas, kita bisa menerima bahwa memang benar salah satu jalan bagaimana agama islam masuk ke Indonesia yaitu melalui perantara walisongo. Lantas apa yang ingin saya angkat dari tema kali ini? Yaitu pada perbedaan pendapat beberapa tokoh seperti ustadz dan sejarawan yang berbeda pandangan. Ada sebagian ustadz yang beranggapan bahwasanya tidak ada bukti autentik bahwa walisongolah yang menyebarkan agama islam di Indonesia, dan sebagian ustadz lainnya berpendapat sebaliknya. Disisi lain mitos-mitos yang sulit dipercaya menjadi penghalang untuk orang yang berpikir kritis untuk mempercayai adanya walisongo pada zaman dahulu. Mitos tersebut contohnya adalah seperti walisongo yang berjalan diatas air, menaklukkan angin topan, menyulap emas menjadi batu,  membangun masjid Demak hanya dengan waktu satu malam, dan kisah-kisah mitos lainnya.
            Selain itu, bagi orang yang berpikir kritis mereka akan mempertanyakan apa iya walisongo berdakwah lewat bid’ah seperti yasinan kematian niga nujuh nyelawe dan seterusnya, seperti juga halnya wayang-wayang yang diringi alat musik, yang kesemua ini bagi sebagian kaum muslimin  bertentangan dengan ajaran syari’at Islam. Pertanyaan saya, Jika kita tidak percaya dengan adanya walisongo pada zaman dahulu maka dari mana datangnya islam ketanah Indonesia? Jawabannya saya temukan di buku “Fakta Baru Walisongo” yang ditulis oleh Ustadz Zainal Abidin bin Syamsyudin. Keterengan lebih lanjut tentang buku ini bisa di cek sini (Resensi Buku Fakta Baru Walisongo).
            Awalnya saya mengira bahwa buku ini beranggapan bahwa walisongo itu tidak pernah ada di Indonesia, tetapi sebaliknya buku ini mengajak pembaca untuk percaya bahwa walisongo memang benar adanya dengan bukti-bukti yang ada seperti makam, masjid-masjid peninggalan, dan lain sebagainya. Dan satu catatan penting, makam atau kuburan walisongo banyak disalah gunakan oleh masyarakat untuk bertawassul meminta kesembuhan, rejeki, jodoh yang seharusnya meminta ini semua langsung berdo’a meminta kepada Allah Ta’ala. (baca jugaHukum Ziarah Kubur dan Tawassul).
            Menurut buku yang saya baca ini, walisongo hidup berbarengan dengan zaman kerejaan-kerajaan di Indonesia. Seperti Raden Patah yang bertemu Sunan Ampel dan kemudian mendirikan kerajan Demak (kerejaan Islam) yang pada saat itu juga telah berdiri kerajaan Majapahit (Kerajaan Non muslim).

Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah, ia selalu memajukan agama Islam dengan dibantu oleh para wali dan saudagar Islam. Diangkatnya Raden Patah sebagai sultan dipulau jawa, bukan hanya di Demak, bahkan membuat Cirebon menjadi semacam Negara bagian Kesultanan Demak. Hal ini sesuai dengan rencana Sunan Ampel bahwa kesultanan Demak akan menjadi pelopor penyebaran agama Islam diseluruh pulau jawa. (Sudirman, hal. 16 dikutip Zainal Abidin, 2016: hal. 57)

            Lantas point apa yang mesti kita simpulkan atau kita jadi puncak dari pembahasan kali ini?   Yaitu pada cara menyikapi dan selektif dalam mengambil info sejarah. Cara menyikapi keberadaan walisongo adalah dengan meyakini info-info atau data-data sejarah yang logis dan meninggalkan data sejarah yang bersifat mitos yang sulit dipercaya seperti walisongo yang dapat berjalan diatas air.
           Data-data sejarah yang logis dan berbobot yang mempunyai referensi yang kuat misal mulai dari sejarawan yang professional seperti Ahmad Mansur Suryanegara, seperti karyanya Api Sejarah 1 dan 2 walaupun ada beberapa pendapat Ahmad MS yang saya pribadi tidak sepakat dengan beliau di bukunya Api Sejarah 1. Simpelnya, kita bisa baca buku karya Ustdaz Zainal ini karena beliau mencoba menyaring sejarah-sejarah walisongo mana yang logis beliau ambil dan yang bersifat mitos beliau bantah dan ditinggalkan.
            Kesimpulannya, walisongo memang dapat diyakini keberadaannya pada zaman dahulu. Walisongo juga berperan dalam menyebarkan agama islam di nusantara, tetapi ada masyarakat yang terlalu berlebihan dalam memuji walisongo, kebohongan-kebohongan juga tak terelakkan. Ibarat adanya sebuah berita, berita tersebut memang benar adanya tetapi telah ditambah-tambah dan dilebih-lebihkan sehingga malah menjadi berita yang sulit dipercaya.
Penulis : Handri Wardani (Handriadi Iswardani)

Daftar Pustaka:
Abidin, Zainal. 2016. Fakta Baru Walisongo “Telaah Kritis Ajaran, Dakwah dan Sejarah Walisongo. Jakarta Timur: Pustaka Imam Bonjol.



Comments

Popular posts from this blog

Sedih? Kau Hanya Butuh Hiburan

Menyikapi Kegagalan

Manfaat Ganti Oli