Menyikapi Rasa Cinta (2)
Menyikapi
Rasa Cinta (bagian 2)
Bagi
yang sudah membaca Menyikapi Rasa Cinta bagian
1 mungkin belum mendapatkan jawaban atau merasa ada yang kurang. Kali ini saya
mencoba mengupas atau memberi solusi untuk rasa cinta kita kepada seseorang yang sulit diwujudkan kejenjang pernikahan karena berbagai faktor penyebab.
Namun sebelum membahas tentang pernikahan tidak salahnya saya mencoba membahas
bagi yang sudah terlanjur jatuh cinta namun usia masih muda atau masih duduk
dibangku kuliah semester muda pula, atau bahkan juga bisa bagi anak SMP, SMA
dan muda mudi pada umumnya yang masih belum berniat untuk ke jenjang
pernikahan.
Pertama, rasa cinta jika keadaanya
belum nikah maka memang itu sebuah
musibah bagi diri sendiri, bagi hati, bagi perasaan kita. Di dalam islam ini
juga bisa masuk kedalam kategori penyankit ‘isyq (mabuk cinta).
Penyakit ini adalah sebuah penyakit dalam artian rasa cinta yang tidak tersalur
dengan baik. Maksudnya rasa cinta itu mencapai puncaknya hanya pada angan dan
khayalan. Ini untuk rasa cinta yang mereka tidak sentuh menyentuh antar badan.
Namun bagi mereka yang sudah terlanjur jatuh cinta dan sudah saling sentuh
dengan sentuhan yang jauh maka rasa cinta mereka tersalurkan tapi ada
kebahagiaan hati yang tidak mereka rasakan bagi mereka yang ada dibagian ini.
Kebahagiaan
hati apa yang tidak didapat? Kebahagiaan yang Allah berikan kepada para
hambaNya yang senantiasa berusaha bertaqwa. Ke 2 insan yang sudah saling sentuh
menyentuh dengan sentuhan yang jauh, maka memang iya cinta mereka tersalurkan
tapi kegelisahan, kegundahan akan senantiasa pula menghantui mereka karena
mereka telah melakukan apa yang tidak diridhoi Allah, sedangkan kebahagiaan
hati hanya akan didapat dengan taqwa, dengan ta’at kepadaNya. Maka Allah akan
memberikan kebahagiaan hati bagi mereka yang mau bertaqwa. Semoga hal diatas dapat dipahami bagi
yang sedang mengalaminya.
Kedua, Rasa cinta yang tidak
tersalurkan adalah bagi mereka yang hanya mencintai lewat pandangan, hanya
lewat chatingan, dan senantiasa berusaha untuk tetap menjaga diri. Di bagian
ini saya tidak mengatakan ini sesuatu yang baik, namun hal ini juga merupakan
sebuah musibah dan orang yang berada pada keadaan ini harus banyak belajar dan
memahami tentang penyakit ‘Isyq (mabuk cinta). Terus, kenapa saya bilang cinta yang tidak
tersalurkan, karena pelakunya hanya akan berkubang dalam angan, dalam khalayan,
sungguh ini perkara yang cukup melelahkan. Faktor terjadinya hal ini
dipengaruhi banyak hal mulai dari belum diizinkan oleh orang tua untuk menikah,
ragu dengan ta’aruf syar’i, lingkungan kampus yang terlalu bebas, sampai
kepada karena tidak menundukkan pandangan.
Maka
solusinya ketika kita tahu bahwa kita telah terjatuh kedalam penyakit ‘isyq
berdo’alah supaya Allah menolong kita, mengeluarkan kita dalam kubangan
angan ini, dan membuat hati kita lapang, dan berserah diri terhadap jodoh kita
dengan melakukan ta’aruf syar’i. Solusi lainnya kita bisa putuskan komunikasi
dengannya dan beri si dia pengertian yang sebaik-baiknya. Dan setelah itu, kita
buat rencana kegiatan kita selama masa sendiri nanti. Kegiatan-kegiatan yang
positif seperti menulis di blog seperti yang saya lakukan, membaca buku-buku
agama dan ilmu dunia pada umumnya.
Sedikit
berbagi tips, kegiatan saya menulis diblog ini juga upaya saya untuk tidak
disibukkan untuk memikirkan cinta. Saya tahu mungkin kegiatan menulis diblog
ini akan ada masa dimana saya bosan, oleh sebab itu saya telah menyiapkan
rencana kedepan. Rencana tersebut adalah jika saya sudah bosan menulis di blog
maka saya akan membaca buku yang agak tebal, sebut saja judul bukunya Rihlah
Ibnu Bathuta. Kenapa saya pilih buku ini sebagai rencana kedepan nanti,
karena buku ini berisi kisah seorang muslim yang melakukan perjalanan dan
petualangan keberbagai negeri termasuk beliau pernah menginjakkan kakinya ke
Indonesia, menarik bukan?. Rencana saya, saya akan membacanya dengan perlahan
dan santai supaya tidak cepat selesai, kenapa? Supaya semakin lama saya
membacanya dengan waktu yang lama pula itu artinya saya telah berusaha mengalihkan
pikiran saya dari memikirkan cinta.
Sebut
saja buku tersebut berhalaman 700 halaman dan taruhlah saya akan membacanya
dengan rentang waktu 6 bulan. Artinya selama kurang lebih 6 bulan tersebut saya
telah disibukkan oleh buku tersebut dari memikirkan cinta. Saya belum tahu setelah nantinya selesai membacanya buku ini
kegiatan apalagi yang akan saya lakukan untuk membuat saya lupa pada cinta
(sampai memang siap untuk menikah), tapi saya harus terus mencari
kegiatan-kegiatan positif lainnya. Semoga pada bagian ini pembaca sekalian
dapat memahaminya.
Terakhir, saya sangat membenarkan bahwa
cinta itu sebaiknya setelah
pernikahan. Oleh sebab itu kita mesti mencari kesibukkan lain yang membuat kita
lupa untuk memikirkan cinta. Buka
pikiran kita kegiatan-kegiatan positif itu telah menanti kita bahkan kita akan
disibukkan olehnya berjam-jam dan berhari-hari. Ya, kita harus bijak menyikapi
keadaan, kita harus bijak. Saran saya, jika anda juga ingin membaca buku maka
tidak harus tebal, tapi jika anda membeli buku bacaan yang berkisar pada 200
halaman artinya anda mesti lebih sering membeli buku baru lainnya, karena
tentunya 200 halaman adalah buku yang cukup cepat untuk diselesaikan dalam
membacanya, taruhlah 1 bulan. Demikian lah, jika ada pertanyaan atau masukkan
dan saran dapat menghungi saya di FB, IG, W.a yang tertera dibawah artikel ini.
Penulis: Handri Wardani (Handriadi Iswardani)
Penulis: Handri Wardani (Handriadi Iswardani)
Comments
Post a Comment