Tidak Semua Yang Kita Inginkan Harus Terwujud

Tidak Semua Yang Kita Inginkan Harus Terwujud
          


              Semua dari kita memilki keinginan dan cita-cita yang tentunya ingin diwujudkan. Tetapi jika kita menilik dan merenung, maka ternyata takkan mungkin semua keinginan tersebut tercapai dan terwujud. Nah, jika kita sudah memahami hal tersebut artinya tinggal bagaimana kita menyikapi sebuah keinginan yang gagal dicapai. Apakah dengan marah, dengan mengeluh, dan menyalahkan takdir. Atau justru kita dapat bersabar, mengikhlaskan, dan menyerahkan semua urusan kepada Rabb Yang Maha Mengurus MakhlukNya.
            Tidak mudah memang untuk dapat ikhlas dan sabar, tapi percayalah jika kita meminta kepada Yang Maha Pencipta yang Menciptakan hati kita, maka mintalah supaya Allah Ta’ala membuat hati kita lapang dan berserah diri.  Cobalah kita bersikap tenang, bahwa mau tidak mau, suka atau tidak suka, yang namanya sesuatu hal yang tidak menyenangkan itu memang akan kita hadapi dan kita alami selama nafas masih berhembus dimuka bumi ini.
            Tapi tidak sedikit dari kita yang tetap memilih egois, entah itu pilihan atau ketidaksengajaan. Yang jelas, pelakunya mesti banyak intropeksi diri dan belajar tentang hakikat hidup ini. Tulisan ini saya buat pada tanggal 3 oktober 2018, artinya kurang lebih sekitar sepekan setelah terjadi gempa di Palu dan Donggola. Pada hari-hari pertama terjadi gempa, beredar sebuah video amatir yang menyoroti terjadinya tsunami, ketika melihat video tersebut saya sempat berpikir “Oo, ini tsunaminya nggak terlalu dahsyat kok”. Tetapi setelah beberapa hari kemudian banyak beredar foto maupun video yang menggambarkan kerusakan yang parah yang diakibatkan oleh gempa dan tsunami ini.




            Foto diatas merupakan contohnya, mayat bergelimpangan, rumah hancur, jalan-jalan aspal retak tunggang-tungging. Terbesit sebuah pikiran dalam benak saya, “Sekiranya saya ini adalah orang yang sudah berkeluarga, yang membangun rumah dengan susah payah, setahap demi setahap, tahun ini mengatap, tahun depan melantai. Lalu terjadi gempa yang menghancur luluh-lantahkan rumah yang dengan susah payah dibangun hancur dalam waktu kurang dari sehari setelah bertahun-tahun membangun”.
            Ya, itu terpikir saat saya belum melihat berita selanjutnya. Apa berita selanjutnya? Keluhan warga para korban yang memberikan info bahwa anak, istri dan sanak keluarga entah dimana mereka berada, mati atau masih hidup, sudah dicari di tempat pendataan tapi tidak ketemu. Mungkin mereka ada yang tertimbun tanah, atau tertimpah runtuhan bangunan. Ini sungguh peristiwa yang mengiris hati bagi siapa saja yang memandang.
Ini memang dua tema yang berusaha saya kombinasikan, tentang cita-cita yang gagal diraih, dan tentang musibah yang dapat memberi arti bahwa tatkala sebuah cita-cita tercapai maka dalam sekejap yang di capai tersebut dapat lenyap, hilang, dan musnah takkan pernah kembali. Jadi, hendaknya kita bijak dalam menyikapi keinginan kita yang tidak bisa terwujud, bijak bahwasanya mungkin hal itu memang ditakdirkan luput dari kita, atau mungkin hal tersebut berbahaya bagi kita jika kita mencapainya. Satu hal lagi yang saya ingat, "Sesuatu terasa indah dikala kita belum memilkinya, dan membuat kita lupa bahwa banyak nikmat yang didustakan".  Yakinlah, pilihan yang Maha Kuasa itulah yang terbaik. Akhir kata, jika kita seorang muslim, kita tinggal hidup lurus saja menjaga yang wajib, shalat lima waktu, dan menjahui dosa-dosa besar. Karena sesungguhnya, kita sedang sama-sama menanti, menanti kematian. Dan cita-cita kita yang gagal dicapai tadi, ternyata hanyalah bagian kecil dari skenario hidup didunia yang sementara ini.

Penulis : Handri Wardani (Handriadi Iswardani)

Comments

Popular posts from this blog

Sedih? Kau Hanya Butuh Hiburan

Manfaat Ganti Oli